Bukankah kau yang memberitahukanku, kuharus berkata sesuatu yang pasti buatmu, kasihku. Kuberlari bersama bintang-bintang masa depan, mendukungku untuk menemukanmu, menemukan letak hati yang kau tanamkan padaku dalam-dalam.
Mereka begitu mesra dan penuh canda menggodaku, ku harus berkata padamu "kuingin meminangmu dengan kasih-Nya". Tapi kau tetap berkata tak, meneruskan harimu dalam kesendirianmu.
Sekarang, Gie, engkau menggodaku, memanggilku, berdialog batin denganku agar kutahu langkahmu dan kutemui letak kasih terdalam bersamamu.
Kuingin mendaki gunung bersamamu, Gie, agar kutemui hakikat cinta menurut jalanmu. Janjiku menapaki jalan yang terjal dan menemukanmu di puncak kematianku. Aku rindu padamu.
Biarkan sejarah yag berbicara tentangmu dimana engkau berjuang demi rakyat lewat hasrat hatimu mencintai kasihmu. Dan biarkan pula sejarah bercerita tentangku bersamamu.
Jika kau masih hidup, Gie, kuingin engkau menemaniku melewati ruang-ruang sempit yang mengkerdilkan hatiku di bumi. Bercerita bersamamu kepahitan cintaku juga cintamu dan berlari bersama bintang-bintang malam, mendaki dan menemukan-Nya dengan cinta yang tak sempat kita dapatkan.
Lembah kasih yang telah engkau ceritakan padaku telah kutemui, Gie. Menatapnya dengan tenang dan menyentuhnya tanpa mesra. Semua menjadi gumpalan tanah liat yang akan menutupi seluruh tubuhku, hingga ronggaku. Mungkin aku akan menemui-Nya seperti engkau menemui hakikat cinta bersama-Nya.
"Semeru" telah menjadi saksi bagimu, Gie, betapa kau tulus berjuang demi cintamu melawan derasnya hati para penguasa juga hati kekasihmu. Aku ingin engkau menjadi saksi saat ini hingga pendakianku esok, dimana akan kutemukan engkau, kupeluk tubuhmu, menciummu dan menangis dihadapanmu "aku ingin menetap bersamamu di alam keheningan malaikat-malaikat di bawah pantauan Ilahi, alam terakhir untukmu dan untukku".
Mereka begitu mesra dan penuh canda menggodaku, ku harus berkata padamu "kuingin meminangmu dengan kasih-Nya". Tapi kau tetap berkata tak, meneruskan harimu dalam kesendirianmu.
Sekarang, Gie, engkau menggodaku, memanggilku, berdialog batin denganku agar kutahu langkahmu dan kutemui letak kasih terdalam bersamamu.
Kuingin mendaki gunung bersamamu, Gie, agar kutemui hakikat cinta menurut jalanmu. Janjiku menapaki jalan yang terjal dan menemukanmu di puncak kematianku. Aku rindu padamu.
Biarkan sejarah yag berbicara tentangmu dimana engkau berjuang demi rakyat lewat hasrat hatimu mencintai kasihmu. Dan biarkan pula sejarah bercerita tentangku bersamamu.
Jika kau masih hidup, Gie, kuingin engkau menemaniku melewati ruang-ruang sempit yang mengkerdilkan hatiku di bumi. Bercerita bersamamu kepahitan cintaku juga cintamu dan berlari bersama bintang-bintang malam, mendaki dan menemukan-Nya dengan cinta yang tak sempat kita dapatkan.
Lembah kasih yang telah engkau ceritakan padaku telah kutemui, Gie. Menatapnya dengan tenang dan menyentuhnya tanpa mesra. Semua menjadi gumpalan tanah liat yang akan menutupi seluruh tubuhku, hingga ronggaku. Mungkin aku akan menemui-Nya seperti engkau menemui hakikat cinta bersama-Nya.
"Semeru" telah menjadi saksi bagimu, Gie, betapa kau tulus berjuang demi cintamu melawan derasnya hati para penguasa juga hati kekasihmu. Aku ingin engkau menjadi saksi saat ini hingga pendakianku esok, dimana akan kutemukan engkau, kupeluk tubuhmu, menciummu dan menangis dihadapanmu "aku ingin menetap bersamamu di alam keheningan malaikat-malaikat di bawah pantauan Ilahi, alam terakhir untukmu dan untukku".
fitrah el-fairuz
1 komentar:
Akhiernya, aku telah mendakidan kutemukan itu semua kecuali "kematian"
Posting Komentar