Jumat, 11 November 2011

Hidup Adalah Permainan



Hidup adalah Permainan
(Agar Engkau Tak Lagi Galau)

Habit is either the best of servants or the worst of masters.
Kebiasaan bisa menjadi pelayan yang terbagus
atau penguasa yang paling buruk (Natanhiel Emmons)

Hidup adalah rangkaian peristiwa yang diejawantahkan insan (manusia) lewat titah Tuhan. Hidup memberikan banyak makna yang—mahu atau tidak—harus direfleksikan oleh manusia-manusia yang menjalankannya. Hidup yang tak direfleksikan tidak layak untuk diteruskan.

Begitu runyamnya hidup, tapi sesungguhnya Ia betapa mudah bagi yang menganggapnya lasuh. Sangat banyak yang mengaduh tentang “hidup” tapi Ia takut hilang dari “hidup”. Banyak yang menginginkan mati tapi jiwa merinding berkalang tanah. Itulah bukti di belahan dunia Indonesia. Dunia mini yang dilingkupi banyak tragedi dan teka-teki yang harus dikhatamkan.

Pertanyaannya adalah apa yang ingin Anda lakukan di dunia ini, sebenarnya? Saling mancaci maki tanpa melihat dampak yang ditimbulkan? Saling menjatuhkan dan makan-memakan antar manusia, menjadi pengikut “Homo Homini Lupus” Thomas Hobbes? Ataukah Anda ingin menebar senyuman ke setiap insan dan mengundang mereka bercanda-gurau tentang hidup masa lalu yang dapat menjadi pelajaran, pengharapan dan penghargaan untuk masa depan? Atau, macam apa?

Habit is either the best of servants or the worst of masters. Begitulah kata Natanhiel Emmons dalam share tentang manusia (khususnya kaum muda “galau”) untuk merajut hidup bahagia. Agama pun telah lama mengajarkannya dan menuntun demikian.

Bagiku, dunia adalah permainan. Dunia tidak pernah memaksa, kita hanya memainkan peran sebagai pemimpin di dunia. Di level manapun. Saat kita bermain dengan sahabat-sahabat atau seorang anak kecil bermain dengan riangnya, maka begitulah permainan dan itu pulalah kehidupan. Manusia tak lagi berpikir bahwa hidup itu menyusahkan. Merajut hidup dengan spontanitas. Yang menceriakan.

Permainan memiliki aturan. Aturan Tuhan yang dimandatkan kepada manusia. Dimandatkan bukan berarti dibebani. Tapi kebiasaanlah yang menancapkan kemudahan. Habitus merangkai hidup agar lebih bermakna. Kebermaknaannya terletak pada manfaatnya. Maka bermanfaatlah!. Jika manusia memiliki kebiasaan yang baik maka akan terakumulasi dengan baik. Hingga batas umur. Berapapun itu. Dan sebaliknya, kebiasaan yang tengik maka akan terakumulasi pula dengan tengik.

Banyak yang berkata tidak ada kesempurnaan dalam hidup. Tapi apakah benar demikian? Paling sempurna memang bukan milik manusia. Tapi apa salahnya menjadi seorang perfeksionis? Permainan manusia di dunia dengan segala kaidah yang ada menuntun manusia untuk menjadi sempurna walaupun bukan yang paling sempurna. Saat manusia berpikir kesempurnaan maka Ia selalu merasa diikuti dan dipantau oleh Tuhan agar tidak ingkar dari kaidah sebuah permainan.

Untukmu yang Galau. Bermain dan seyumlah…….!

To be continued

Fitrah

Tidak ada komentar: