Kamis, 13 Oktober 2011

127 Hours



127 Hours

Saya sangat yakin bahwa Anda semua telah menonton movie “127 Hours”. Sebuah Film yang diproduksi oleh Christian Colson, John Smithson dan Dany Boyle, yang diambil dari sebuah kisah nyata seorang petualang bernama Aron Ralston. 
 
Film yang dibintangi oleh James Franco (Aron Ralston) ini seakan-akan membuat kita merinding sambil menutup mata ketika Franco mengambil keputusan untuk memotong tangan kanannya. Tangan Franco terjepit oleh sebuah batu besar yang tiba-tiba jatuh tepat mengenai tangan Franco. Ia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa, hanya rasa sakit yang ia alami dengan wajah yang pucat pasi. 
 
Bermula dari Franco yang ingin menaklukkan Canyon Lands untuk kesekian kalinya. Franco mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan lalu meninggalkan rumah. Dengan menggunakan sepeda gunung Ia melewati jalan-jalan terjal-berliku. Sesekali Ia terjatuh akibat jalan yang begitu liar dan susah untuk ditaklukkan. Tapi bagi Franco semakin sulit jalan yang Ia lalui semakin Ia menikmati petualangannya. Franco mengabadikan seluruh perjalanannya dengan sesekali mengambil gambar saat bersepeda, dan Franco tiba pada suatu tempat dimana ia harus menaruh dan meninggalkan sepeda yang dikendarainya dan memulai petualangan menaklukkan Canyon Lands.

Ia telah beberapa kali menaklukkan Canyon Land, tapi ada sesuatu yang membuatnya tertantang untuk mencobanya kembali. Yaitu menuju tujuan yang sama akan tetapi dengan jalan (rute) yang berbeda. Franco menelusuri jalan yang jauh lebih sulit dari sebelumnya. Karena ia seorang petualang sejati, sesulit apapun rintangan yang dihadapkan, Ia akan berkenalan dan bersahabat dengannya. 
 
Lama Franco mengenali setiap alam yang menyambutnya juga beberapa orang yang ditemuinya di tengah perjalanan, Ia sampai pada suatu tempat--seperti jurang--yang cukup dalam. Franco mencoba melewatinya, setapak demi setapak, dan tiba-tiba ia terjatuh dan sebuah batu besar tiba-tiba ikut terjatuh dari puncak tepat mengenai tangan kanan Franco dan terjepit. Ia beteriak dan merasakan sakit yang begitu hebat. 
 
Franco mencoba untuk memindahkan batu besar itu dengan berbagai cara, tapi ia tak berhasil sedikit pun. Berjam-jam Franco mencobanya tapi nihil hasil yang ia dapatkan. Rasa lapar, haus, sakit dirasakannya. Ia tidak memiliki persediaan makanan di tasnya. Putus asa hampir saja terjadi pada Franco, tapi ia selalu mencoba dan mencari cara bagaimana tangannya dapat lepas dari himpitan. 
 
Perut Franco terlihat semakin keroncongan. Ia berpikir jika ia masih bertahan seperti sebelumnya dengan mencari-cari cara yang nihil hasilnya, Ia akan mati kelaparan dan meninggal dengan konyol. Ia akan kehilangan semua yang menjadi cita-cita dalam hidupnya. Franco sempat berpikir untuk memotong tangannya, tapi bayang-bayang pacarnya selalu hidup dalam dirinya. Ia takut kehilangan pacarnya hanya karena Franco tidak lagi menjadi manusia sempurna dengan kondisi tangan kanan yang telah tiada. 
 
Sesaat ia berpikir bahwa hal itu tidak penting baginya, yang ia butuhkan saat ini adalah bagaimana ia bisa keluar dari kesulitan dan tetap hidup. Franco tak kuat lagi untuk menunggu berhari-hari mencari jalan keluar di tengah situasi sangat lapar dan kondisi badan memprihatinkan. Franco telah melewati hari yang ke-5 dan ia putuskan untuk memotong tangannya.

Franco mengambil sebuah pisau lipat yang sempat terjatuh sebelumnya, dengan wajah yang sangat pucat dan perasaan yang takut, tiba-tiba dengan yakin ia menusukkan pisau ke tangan kanannya lalu memotongnya sedikit demi sedikit. Baginya yang paling sulit adalah memotong urat tangan. Franco harus berkali-kali mengiriskannya agar terputus. Ia semakin merasakan sakit yang luar biasa. Dalam waktu 127 jam Ia dapat lepas dari kesulitan dengan tangan kanan yang telah tiada.


- Bagi teman-teman yang sudah menontonnya apa nilai-nilai yang teman-teman dapatkan dari film 127 Hours ???
- Bagi yang belum, segera nonton ya.... filmnya sudah cukup lama kok. ^^

Fitrah


Tidak ada komentar: