Jumat, 15 April 2011

Surat Untuk Adikku

Hakikat doa adalah tetesan air matamu


Untuk Fitri--yang sedang meratapi umur dan menatap masa depan.

Adikku, dunia ini begitu indah, memberikan cahaya padamu, menyuapimu dengan makanan dari perutnya dan menegukkan minuman yang berasal dari sari patih nafasnya, dengan keberadaannya engkau telah tumbuh dewasa.

Adikku, dewasamu meminang makna begitu dalam, cahaya yang engkau temukan dari dunia menuntutmu untuk lebih bertanggungjawab. Makanan, minuman, ilmu dan segala yang engkau dapatkan juga telah menjadi tanggungjawab dalam keseharianmu.

Adikku, engkau telah "menuntut" hidup di dunia, ia telah memberikanmu ruang hampa dan memberikanmu hak untuk tersenyum ataukah tidak kepadanya. Sekarang, tanggungjawabmu menyuapinya dengan keindahan, sesuai keindahan yang ia berikan padamu.

Adikku, dunia ini penuh warna dan makna, keberagamannya--hingga saat ini--memaksanya menangis, sebab tak ada lagi yang memahami keindahan yang ia miliki, tak henti dunia meneteskan air mata, tanggungjawab tak lagi diindahkan dan bencana, itulah tangisannya.

Adikku, dunia ini telah menunggumu, detak-detik umur dan nilai-nilai kehidupanmu telah ia nantikan lama. Rasakanlah. Ia sedang bersenandung cinta dan doa tentang kehidupan yang telah dan tengah engkau lalui.

Adikku, yakinlah, kakakmu ini sedang mendoakanmu, agar kau tatap masa depanmu, mengharapkanmu bersahabat pada dunia, menyapanya di setiap subuhmu, memandangnya dengan bijaksana, dan tanggungjawabmu untuk ramah padanya dan ia kan tak henti tersenyum padamu, hanya untuk masa depanmu.

Selamat, adikku, umurmu (21) telah bertambah dan kedewasaan adalah pilihanmu,
Maafku, akan keterlambatan menyampaikannya.

Kakakmu,
Fitrah
Progo, Gerbong 5, 22A
Menuju Jakarta
22.20

Tidak ada komentar: