Jumat, 08 April 2011

Segeralah Menikah!!!



Adzan Duhur telah dikumandangkan, segera kututup laptop, menaruhnya di atas rak lalu menuju musholla Gedoeng Moehammadiyah Ahmad Dahlan. Cuaca begitu cerah tak seperti sebelumnya, kututup pintu lalu kuambil air wudhu dan segera meluruskan saff.

Hampir lima menit sholat dilaksanakan, dan semua jamaah berdzikir dengan khusyu'. "Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh". Tiba-tiba saja seorang pengurus Muhammadiyah memberikan salam di tengah dzikirku yang belum rampung. Lelaki itu membuka kultum ba'da duhur yang telah menjadi kebiasaan orang-orang Muhammadiyah khususnya di Gedoeng Moehammadiyah. Lelaki itu mempersilahkan seseorang ustadz berbadan besar, berkacamata, berjanggut tipis dan sangat ramah. Aku lupa namanya dan ia memulainya dengan senyum.

Ustadz itu membahas tentang apa esensi barokah, ia menjelaskan bahwa barokah itu tidak bisa datang dari langit begitu saja tanpa ada usaha--Mungkin istilah yang aku gunakan saat ini adalah membarokahkan diri--"barokah itu harus diperjuangkan, oleh karena itu mari kita perjuangkan, salah satunya adalah dengan cara menikah di usia dini" tegas Ustadz.....

Aku tertawa dalam hati mendengarnya, ia menjelaskan bahwa saat belum menikah, barokah itu belum ada. Sambil senyum ustadz menunjuk beberapa orang yang telah menikah di sekitarku bahwa bukti yang dipandang oleh mata, orang yang mendapatkan barokah karena nikah itu pasti badannya naik. "nah, ini mas Amir berat badannya bertambah, karena telah mendapatkan barokah yang diperjuangkannya sendiri." Ustadz itu tertawa menegaskan dan jamaah di sekitarnya pun demikian.

"Khususnya bagi anak-anak muda--karena banyak anak muda di hadapan saya--kalau maw barokah, ya segeralah menikah, cepat lamar si-neng, datangi orang tuanya, katakan saya ingin melamar anak bapak-ibu, tapi sebelumnya lobi dulu orangtua, karena orangtua pasti berfikir seperti apa nafkah diluar batin yang akan diberikan, bilang saja kepada orangtua, saya sudah bekerja tetapi saya tetap mengharapkan "wesel" dari bapak, jika ditanya orangtua dan calon mertua pekerjaanmu apa?, bilang saja pekerjaan saya mahasiswa karena saya seorang mahasiswa ataupun sarjana yang tidak ingin menunda barokah Allah" Cerita ustadz akan pengalaman hidupnya saat ia menikahi seorang wanita cantik yang telah menjadi istri saat masih menjadi mahasiswa.

Aku tersenyum-tersenyum saja mendengarnya, tambahnya "Jika wesel seperti biasanya kamu dapat lima ratus ribu dan istri pun juga mendapatkan wesel lima ratus ribu jadinya kan satu juta, tapi pada saat sebelum menikah mahasiswa pasti membelanjakan duitnya berlebihan, akan berbeda dengan setelah menikah, pasti akan lebih irit, karena makan tidak di warung lagi tapi akan memasak sendiri. Yang awalnya lima ratus ribu hanya dipakai sendiri, akan tetapi setelah menikah, lima ratus ribu itu akan habis dipakai berdua sehingga yang lima ratus ribu lagi dapat ditabung. Jika telah datang ke rumah mertua, katakan saja, saya berniat untuk melamar anak bapak ibu untuk memperjuangkan keberkahan untuk hidup kami dalam rangka menyempurnakan agama ini. Jika pertanyaan mertua--pekerjaanmu apa?--maka jawab saja pekerjaan saya mahasiswa ataupun sarjana."   

"Semua yang ada di tubuh ini memiliki fungsi yang banyak. Hidung anda memiliki fungsi membau, telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, bahkan kulit sekalipun juga memiliki fungsi, nah, masa' alat (maaf) vital anda hanya berfungsi sebagai irigasi? anda mubazzir kalau tidak menggunakan fungsinya semaksimal mungkin. Maksud saya adalah anda bisa memperjuangkan barokah karenanya" Lanjut ustadz itu, dalam.

Tidak habisnya aku tertawa dalam hati, sebuah kultum yang mengajarkan strategi dalam mengawali hidup bersama calon istri dan kelak akan menjadi istri. Aku hanya dapat berkata "aku siap, jika orang-orang di rumah juga siap, dan calon istriku pun siap"

Pertanyaannya adalah apakah sudah punya calon istri???

Written By Fitrah
dalam benang merah Adam & Hawa  

Tidak ada komentar: