Minggu, 25 November 2012

Dialog Semesta 3



Dan, sesegera mungkin aku melepaskan headset, menuju arah jendela, membukanya, lalu menikmati nada-nada kerohanian lewat rintik hujan yang mesra dan anging mammiri yang aduhai.

Semakin kuakrabkan telinga, kudengar dan kurasakan lirik hujan sambil memandang termenung: Silih berganti, Hujan menjelma rupamu dan rupa Tuhan.

Tidakkah kau ingat, saat kau dan aku berkeliling Paris Van Java. Kita susuri bangunan-bangunan tua itu, kau hidupkan cinta disetiap kaki yang kita langkahkan lewat gurauan. Kau tumbuhkan cinta di setiap bait cerita yang kau dengungkan. Sungguh Aku takjub padamu.

Dan, Tanpa disadari hujan pun tiba. Dengan keramahanmu kau raih payung seorang tua renta, memberinya selembar rupiah, dan kita pun tanpa henti berdendang akan cinta, kasih sayang dan semesta, dengan lirik hujan.

elfairuz

Tidak ada komentar: