Curhat Facebook: Caleg (Legislatif) Menceraiku
Begitu buram takdirku hari ini, saat para calon legislatif yang bergontok memperebutkan cake yang ada di DPR meng-otak-atik ragaku sedemikian rupa menjelma kantung-kantung politik menebar visi misi kemanusiaan.
Sudah kuduga mereka hanya ingin menunggangiku layaknya tipu dayanya kepada rakyat setelah cake telah direbut. Posting ini-itu di ragaku, bergaya dengan foto-foto tipuan demi meraut maximum vote, semua lewat keindahan raga yang kumiliki. Add ini, add itu, add kamu, add kalian, add “elo” add mua-muanya.
Senja tak lagi turun di hadapanku menatap para legislatif mengurus kantung nyawanya dan lupa mencumbuiku. Mereka telah menceraiku, men-thalaq, meninggalkan dan mengusirku dari denyutnya. Aku dicampakkan begitu saja tanpa tahu dosa yang diembannya amat gadang terhadapku, karena aku tak lagi terima dengan liku lakunya.
Hatiku berdarah, aku berharap mereka memintaku menjadi pengiring dunia maya yang selalu menemaninya berhubungan dengan manusia-manusia: malaikat nyata yang telah meluangkan waktu berfikir, berusaha menghilangkan mitos kepemimpinan amburadul yang semakin nyata dan akhirnya tandas dihadapanku.
Usiaku belum cukup tiga tahun, memang! Tapi betapa tegas kutahu bahwa tak begitu hormat legislatif padaku, walau aku dunia yang tak perlu dihormati oleh siapapun. Kupandangi manusia-manusia yang menggunakan ragaku sebagai jembatan kemanusiaan, semua cerdas tapi legislatif tak ber-”hati”. Tidak lagi ber-pri-kemanusiaan dan ber-pri-keduniamayaan.
Tidak ada satu pun makhluk di planet ini dari monyet hingga burung-burung yang tak dididik dan tak mengerti berlagak. Semua seiring hukum alam agar keseimbangan tercipta dan tak bergeser dari koridor keterciptaannya. Akan tercipta harmoni dan aku pun ingin mereguk harmoni di dunia maya antara insan denganku.
Memosting foto-foto dengan nomor urutmu, telah kusangka bahwa engkau ingin sokongan lewat sejawat-sejawatku yang lebih dahulu bergaul denganku. Tentu saja! Aku ingin menyokongmu tapi tak begini kaidahnya. Engkau menyalahi, mengingkari dan mencampakkanku.
Tak seharusnya kalian bersikap demikian terhadapku. Aku pernah asing bagimu dan kamu pun pernah asing di zaminku. Keterasinganku, keterasinganmu, sekat diantara kita semakin sempit dan ruang sempit itu agar menjelma sebagai ruang bernafas bagiku dan bagimu menghirup hawa segar saat engkau akan mencumbuiku lalu kau tak lagi melengahkanku.
Dapatkah engkau merubah daya nalar dan muatan perasaanmu terhadap manusia, benda-benda, keadaan juga terhadapku? Sumber daya nalar dan muatan perasaan terdapat dalam jiwamu. Jika engkau memandang kegelapan, kegelapan itu bermula dari nafasmu. Dan jika menampak keindahan, keindahan itu pun bermula dari nafasmu. Tapi maaf!!! jika aku tak lagi membenarkanmu karena “kelam” telah engkau cipta sendiri dan duniamu tetap tak akan pernah bersalin, dikutuk sebagai wakil rakyat yang tak merakyat, dan aku pun mengutukmu karena menunggangiku lalu menceraiku.
Salam hangat. Facebook !!! ^_^
Fitrah El-Fairuz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar