Candu
Tak pasti ragamu malam ini mendekapku erat, aku rasa tak ada yang mendengarkanku bahkan dirimu. Ragaku hanya dapat terbakar membakar jiwaku. Kesedihanku membuat api semakin muda merengus menghanguskanku.
Ingin aku menerimanya jika kau ikut melebur denganku. Hangus menjadi arang kan ditiup terbang mencari arah. Walau kutahu akan terpisah ruang dan waktu tapi telah kurasakan hangatnya tubuhmu ketika terbakar bersamaku menjadi dua insan yang terinsankan.
Aku tak ingin berbicara kausalitas mengapa kau terpisah denganku. Jauh berjalan lalu berlari, semakin jauh. Aku yakin bayang-bayangmu menghantuiki sehingga ketakutan terus mendekatiku. Ketakutan-ketakutan yang tak disadari kedatangannya. Banyaknya celah dan ketidakutuhan hati membuat jiwaku bimbang dan kedatangannya semakin cepat.
Pagi ni aku menantimu tapi tak kunjung datang. Semua bentuk hubunganku denganmu kau buang tanpa alasan jelas. Saat itu jua aku mengadu pada ilahi dan kutahu jawabnya hanya aku. Terketuk kata hatiku untuk mengadu semakin jauh bersama sajadah cinta bertabur aroma wewangianmu karena kutahu pasti aromamu. Semakin jauh aku mengadu semakin kutemukan dirimu dalam anganku. Kuyakin Tuhan memberikanmu padaku dan kuayakin engkau tak tahu apa-apa. Matamu terlihat putih jernih dan keimananmu mengimankanku bahwa kau satu yang diciptakan dan diberikan olehku dari yang Satu.
Tembang kenangan dulu masih kuingat sampai tak kupijak lagi bumi ini. Kenangan bersamamu saat kau tersipu malu melihatku di depan kawan-kawanmu yang mendukungku. Kau malu jika ibumu berbicara jauh tentangku, berbicara dihadapan sahabatmu berterus terang terjalin sebuah hubungan yang akan terinsankan.
Aku tak ingin kau kembali bermetafora cinta justru membutakanmu akanku. Kucoba untuk menjelaskan dalam tapi kau tetap tak mendengarkanku. Telepon genggammu tak kunjung kau sentuh mengangkat dan mejawab salamku kemudian berlanjut dalam bahasa cinta meningkatkan zikir kita akan-Nya.
Duri tajam telah kulalui untukmu agar kau paham dan serta motum cinta engkau lakukan. Tapi tak sedikitpun kau gerak dari peraduanmu. Kau mengadu cinta dengannya tapi tak paham akan dirinya. Engkau terhanyut.
Jujur aku candu padamu sehingga aku sangat meniginginkanmu. Tidakkah kita dapat beradu dalam peraduan cinta ilahi. Walau kau hanyut tapi kehanyutan ilahi menyertainya. Aku ingin melebur denganmu. Aku candu.
Fitrah
Dalam Benang Merah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar